Sabtu, 28 Mei 2011

DASAR DASAR PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH GURU


1. Pendahuluan

Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu ciri pokok kegiatan di dunia keilmuan. Karya ilmiah adalah karya tulis atau bentuk lainnya yang telah diakui dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni yang ditulis dan dikerjakan sesuai dengan tata cara ilmiah dan mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah disepakati dan ditetapkan.
Proses kegiatan ilmiah diawali dari kebutuhan seseorang untuk memecahkan suatu masalah. Namun, tidak semua masalah harus dipecahkan dengan cara atau metode ilmiah. Secara umum ada dua cara berpikir yang biasa dipakai untuk memecahkan masalah. Cara berpikir tersebut adalah cara berpikir analitik dan sintetik. Cara berpikir analitik bersandar pada pengetahuan logika (logika silogisme), artinya pikiran berangkat dari kebenaran pengetahuan, proposisi yang berlaku secara umum, dan mengkaji atau menyimpulkan persoalan-persoalan yang khusus berdasarkan pengetahuan yang bersifat umum tersebut. Pengambilan kesimpulannya dilakukan secara deduktif. Sebaliknya, dalam berpikir sintetik berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus, fakta-fakta yang terbatas, dan dengan merangkai fakta-fakta itu tersusun suatu pengetahuan yang bersifat umum. Kesimpulan yang ditarik dari cara berpikir sintetis ini disebut induktif.
Baik cara deduktif maupun induktif keduanya mempunyai kelemahan. Kebenaran penyimpulan deduktif tidak saja sangat bergantung pada kebenaran premis mayor tetapi juga pada kebenaran penarikan kesimpulannya. Sebaliknya kebenaran penyimpulan induktif juga sangat tergantung pada kebenaran hasil pengamatan empiric yang juga sering menyesatkan. Kebenaran induktif juga tergantung dari kualitas kesimpulan yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengatasi kelemahan dari dua cara itu, dipadukanlah kedua cara berpikir itu, yang kemudian dikenal sebagai metode ilmiah. Penggabungan keduanya diharapkan memberikan beberapa keuntungan.

Metode keilmuan merupakan kerangka berpikir yang bersifat terus-menerus. Hal itulah yang menjadikan pengetahuan keilmuan terus bertambah secara kumulatif. Suriasumantri dan Wilardjo (1989) menyatakan bahwa metode keilmuan merupakan penghasil dan pengembang pesat suatu ilmu. Metode keilmuan merupakan rentetan daur berpikir induksi, deduksi, dan penyakihan (verifikasi) yang terus-menerus tak kunjung henti. Karena itulah metode keilmuan sering disebut metode hipotetiko – deduktif – induktif.
Pada dasarnya, semua KTI harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Suhardjono dan Supardi (2004) menyebutkan bahwa sebuah KTI harus memenuhi persyaratan penilaian yang disebut APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten). Asli, dalam arti bahwa KTI harus merupakan karya diri si penulis. Bukan karya orang lain, bukan “dibuatkan” oleh orang lain, atau menggunakan karya orang lain. Perlu, apa yang dipermasalahkan harus merupakan sesuatu yang diperlukan dalam upaya guru untuk mengembangkan profesinya. Hal ini karena KTI merupakan “bukti” dari kegiatan pengembangan profesi si penulis. Ilmiah, KTI harus memenuhi persyaratan: (a) permasalahan yang dikaji berada di khasanah keilmuan, (b) menggunakan kriteria kebenaran ilmiah, (c) menggunakan metode ilmiah, dan (d) memakai tatacara penulisan ilmiah. Konsisten, artinya hal yang ditulis dalam KTI harus sesuai (konsisten) dengan kompetensi si penulis, dan sesuai dengan tujuan si penulis untuk pengembangan profesinya sebagai guru.
Kegiatan ilmiah banyak macamnya, misalnya: penelitian, pengembangan, dan evaluasi. Laporan kegiatan ilmiah umumnya dibuat dalam bentuk tertulis. Laporan tertulis dari kegiatan ilmiah itu disebut sebagai Karya Tulis Ilmiah (KTI). KTI beragam bentuknya. Ada yang berbentuk laporan penelitian, ungkapan gagasan, skripsi, tulisan ilmiah popular, buku, diktat, dan lain-lain. Namun, meskipun bermacam-macam, semua KTI mempunyai kesamaan, yaitu: 1) hal yang dipermasalahkan berada dalam kawasan pengetahuan keilmuan, 2) kebenaran isinya mengacu pada kebenaran ilmiah, 3) kerangka sajiannya mencerminkan penerapan metode ilmiah, dan 4) tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah (Suharjono dan Supardi, 2004).
2. Langkah-langkah Penulisan KTI
2.1 Memilih Topik dan Tema
Pengertian topik dan tema sering dikacaukan. Wahab (1994:4) menyebutkan bahwa yang dimaksud topik adalah bidang medan atau lapangan masalah yang akan digarap dalam karya tulis atau penelitian. Sementara itu, tema diartikan sebagai pernyataan sentral atau pernyataan inti tentang topik yang akan ditulis. Topik yang memang masih terlalu luas harus dibatasi menjadi sebuah tema.
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah berikut ini. (1) Isu-isu yang masih hangat. (2) Peristiwa-peristiwa nasional atau internasional. (3) Sesuatu (benda, karya, orang, dan lain-lain) yang dikaitkan dengan permasalahan politik, pendidikan, agama, dan lain-lain. (4) Pengalaman-pengalaman pribadi yang berbobot. Dalam pertimbangan ini bila akan menulis karya ilmiah bidang pendidikan maka yang menjadi pertimbangan adalah topik tentang pendidikan.
Cara yang mudah untuk mencari topik adalah dengan membaca secara cepat berbagai sumber informasi, khususnya tentang pendidikan. Hal ini bertujuan antara lain: (a) menetapkan topik yang akan dikembangkan, (b) mencari kemungkinan terdapatnya sumber sebanyak mungkin, dan (c) mencari verifikasi yang memungkinkan dilaksanakannya kegiatan penulisan atau penelitian.
Selanjutnya penulis perlu membatasi topik. Karena itu, penulis hendaknya: (a) memilih salah satu aspek khusus dari topik yang menjadi pilihannya, (b) membatasi waktu dan ruang dari aspek yang telah dipilihnya, dan (c) memilih peristiwa khusus dari pembatasan tersebut. Selain itu, Wahab (1994:1-2) menyebutkan tiga hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan topik. Pertama, penulis dapat memilih topik yang telah menjadi minatnya. Kedua, penulis dapat memilih topik yang diperkirakan dapat mengembangkan minatnya. Ketiga, topik tersebut mengundang rasa ingin tahu penulis. Selain ketiga hal itu, latar belakang pengetahuan penulis terhadap topik yang dipilihnya juga sangat berperan.
Dalam pemilihan suatu topik, penulis harus memperhatikan tiga kriteria berikut ini. (1) Penulis harus mampu menangani topik yang menjadi pilihannya. (2) Penulis mempunyai keinginan yang cukup besar untuk mengerjakan. (3) Penulis mempunyai sarana, prasarana, dan waktu yang cukup untuk mengembangkan topik pilihannya.
Setiap topik atau masalah yang dibahas dalam penelitian harus layak. Dalam hal ini, kelayakan suatu masalah penelitian berkaitan dengan banyak faktor. Faktor itu antara lain sebagai berikut. (a) Kemanfaatan hasil, sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah praktis. (b) Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan mempunyai kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empiric yang diperlukan guna pengujian hipotesis. (c) Persyaratan dari segi peneliti, sejauh mana kemampuan peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini setidaknya menyangkut lima faktor, yaitu: biaya, waktu, alat dan bahan, bekal kemampuan teoritis peneliti, dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yakan digunakan.
2.2 Mengumpulkan Bahan
Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, penulis mulai mengumpulkan bahan. Bahan bisa didapatkan dari berbagai media cetak maupun elektronika. Bahan-bahan tersebut dikumpulkan terutama yang relevan dengan topik dan tema yang akan ditulis. Pemilihan bahan yang relevan ini bisa dengan cara membaca atau mempelajari bahan secara sepintas serta menilai kualitas isi bahan. Bahan yang sudah terkumpul tersebut bisa dimanfaatkan untuk memperkaya pengetahuan penulis dan sebagai landasan teoretis dari karya tulis tersebut.
2.3 Merencanakan Kerangka Penulisan
Setelah memilih topik dan menentukan tema penulisan, serta mengumpulkan bahan yang relevan, penulis mulai merencanakan susunan kerangka penulisan. Wahab (1994:29) menyebutkan tiga alasan penulis perlu menyusun kerangka penulisan. Tiga alasan tersebut adalah: (1) penyusunan kerangka dapat membantu penulis mengorganisasikan ide-idenya, (2) penyusunan kerangka mempercepat proses penulisan, dan (3) penyusunan kerangka dapat meningkatkan kualitas bahasa.
2.4 Penulisan Karya Ilmiah
Setelah kerangka penulisan karya ilmiah tersusun, langkah selanjutnya yang dilakukan penulis adalah mengembangkan kerangka penulisan karya ilmiah tersebut menjadi paragraf-paragraf pengembangan. Pengembangan sebuah paragraf harus memperhatikan hal-hal berikut ini. (1) Pilihan kata dalam setiap kalimat dalam paragraf. (2) Kalimat-kalimat dalam paragraf harus saling mendukung (tidak ada kalimat sumbang, yakni yang tidak mendukung ide pokok dalam paragraf). (3) Setiap paragraf mengandung satu ide pokok yang dikembangkan dengan beberapa ide penjelas. (4) Bahasa yang digunakan mengikuti kaidah yang berlaku. (5) Ejaan dan tanda baca harus diperhatikan. (6) Ada keterpaduan antara paragraf satu dengan paragraf berikutnya.
2.5 Penyuntingan, Revisi, dan Draf Final
Setelah kerangka dikembangkan menjadi beberapa paragraf dengan memperhatikan beberapa hal dalam pengembangannya, kegiatan berikutnya adalah penyuntingan. Penyuntingan ini dapat dilakukan oleh penulis itu sendiri, dapat juga dengan bantuan orang lain. Proses penyuntingan ini meliputi beberapa unsur, yaitu: (a) teknis penulisan (sistematika, ejaan, dan tanda baca), (b) kalimat, (c) paragraf, (d) bahasa, dan (e) isi. Setelah melalui proses penyuntingan ini, penulis mulai merevisi karya tulisnya. Pada akhirnya, draf final karya tulis ilmiah tersebut dapat disusun dan dipublikasikan.
3. Macam-macam Karya Tulis Ilmiah
3.1 KTI Hasil Kegiatan Penelitian
Penelitian adalah kegiatan pengkajian terhadap suatu masalah, yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah dan bertujuan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Langkah kerja penelitian pada umumnya: (a) menganalisis dan merumuskan masalah dari data pendahuluan; (b) menyusun hipotesis berdasarkan logika deduktif dari penge-tahuan ilmiah yang telah ada sampai saat ini; (c) mengumpulkan fakta empiris untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan menggunakan logika induktif; dan (d) menganalisis dan menarik kesimpulan, serta penulisan laporan.
KTI hasil penelitian dapat berupa laporan hasil penelitian. Dengan demikian, untuk membuat laporan penelitian, si penulis terlebih dahulu harus melakukan penelitian. Kerja penelitian memerlukan laporan (tertulis) yang merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kegiatan penelitian. Bentuknya buku laporan. Jika dikaitkan dengan persyaratan akademik, laporan demikian dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Contoh Judul karya tulis jenis ini antara lain sebagai berikut.
a) Pengaruh Pemberian Tugas Secara Perorangan dan Secara Kelompok terhadap Hasil Tugas dan Hasil Belajar
b) Hubungan antara Penguasaan Matematika dan Keberhasilan Studi di Bidang Keteknikan di STM Negeri
Kegiatan penelitian yang umum dilakukan oleh guru adalah di bidang pembelajaran. Hal ini karena tujuan pengembangan profesinya adalah di bidang peningkatan mutu pembelajaran. Macam kegiatan penelitian pembelajaran yang umum dilakukan adalah: (1) penelitian tindakan kelas, (2) penelitian eksperimen di bidang pembelajaran, atau (3) penelitian diskriptif, korelasional di bidang pembelajaran.
KTI laporan hasil penelitian umumnya terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: (1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup. Bagian pendahuluan terdiri dari: halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar, dan daftar lampiran, serta abstrak atau ringkasan. Bagian isi umumnya terdiri dari beberapa bab sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan atau permasalahan yang berisi latar belakang masalah, pembatasan, rumusan masalah, tujuan, kegunaan, dan lain-lain. Bab II berisi tentang kajian teori atau pembahasan kepustakaan. Bab III merupakan metode penelitian. Bab IV adalah hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian. Bab V berisi kesimpulan dan saran. Bagian penutup umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
3.1.1 KTI yang Berupa Ulasan/Tinjauan Ilmiah
KTI ini merupakan tulisan yang berisi ulasan atau tinjauan ilmiah. Hal yang dipermasalahkan untuk diulas atau ditinjau secara ilmiah seharusnya hal-hal atau permasalahan yang berkaitan dengan upaya penulis untuk meningkatkan kemampuan profesionalismenya sebagai guru. Tulisan yang mengulas hal yang sangat umum, terlalu luas, dan tidak atau kurang berhubungan dengan bidang tugas si penulis, umumnya tidak dapat mencerminkan upaya si penulis dalam meningkatkan profesi. Bahkan, cenderung tulisannya hanya berupa kumpulan kutipan-kutipan yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahan yang dihadapi si penulis di tempat kerjanya.
Tidak berbeda dengan KTI laporan hasil penelitian, KTI ulasan ilmiah umumnya juga terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: pendahuluan, isi, dan penutup. Bagian pendahuluan terdiri dari: halaman judul, lembaran persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar table, daftar gambar, dan daftar lampiran, serta abstrak atau ringkasan. Bagian isi umumnya terdiri dari beberapa bab sebagai berikut. Bab I merupakan pendahuluan atau permasalahan, yang berisi latar belakang masalah, pembatasan, rumusan masalah, tujuan, kegunaan, dan lain-lain. Bab II berisi kajian teori dari hal yang dipermasalahkan. Bab III merupakan kajian fakta dari hal yang dipermasalahkan. Bab IV berupa diskusi. Bab V berisi kesimpulan dan saran. Bagian penutup umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
3.1.2 Tulisan Ilmiah Populer
KTI ini merupakan karya ilmiah yang dimaksudkan untuk dapat dimuat pada media massa, umumnya surat kabar. Karena itu ditulis dengan format dan bahasa sajian yang lebih enak dibaca dan dipahami. Masalah yang ditulis dapat berupa hasil penelitian ataupun ulasan/tinjauan ilmiah. Sesuai dengan sasaran pembacanya, sajian isi dan bahasanya mempunyai aturan tertentu yang lazim disebut sebagai tulisan ilmiah populer. Contoh judul tulisan ilmiah popular misalnya sebagai berikut.
a. Penyelenggaraan UAN yang Kontradiktif
(Kompas, Senin, 12 April 2004)
b. KBK Tak Menilai Kelulusan Berdasarkan Ujian Model UAN
(Kompas, Kamis, 24 Juni 2004)
Masing-masing media massa (Koran atau majalah) umumnya mempunyai persyaratan penulisan sendiri. Apapun persyaratannya, tulisan ilmiah popular tetap harus menyajikan fakta yang benar dan dijiwai dengan kebenaran dan metode berpikir keilmuan. Tulisan ilmiah umumnya tersaji dalam kerangka sajian yang lebih bebas. Namun umumnya juga terbagi dalam tiga bagian, yaitu: pendahuluan, diskusi, dan penutup. Pada bagian pendahuluan sering dijumpai hal-hal yang menarik dan mengejutkan. Hal ini agar menarik perhatian pembaca. Selanjutnya diskusi dari permasalahan dapat disajikan melalui berbagai teknik dan gaya penulisan. Pada bagian akhir (penutup) berisi kesimpulan dan saran.
Selain berupa laporan hasil kegiatan ilmiah, KTI di bidang pendidikan bisa berupa tulisan ilmiah yang berisi ringkasan laporan hasil kegiatan ilmiah, tinjauan, atau ulasan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan kerangka isi, aturan, dan format tertentu. Tulisan ilmiah dapat berwujud artikel, makalah, naskah siaran radio, dan berbagai wujud yang lain. Tulisan ilmiah yang disajikan dengan format dan bahasa yang lebih populer disebut tulisan ilmiah populer. Selain itu bisa berupa buku yang merupakan karya tulis yang berisi bahan pelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Macam-macam buku itu antara lain: (a) buku pelajaran atau modul; (b) diktat pelajaran; dan (c) karya terjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan.
3.1.3 KTI yang Berupa Makalah yang Disampaikan dalam Pertemuan (Prasaran)
Tidak jarang guru diminta sebagai pembicara dalam suatu pertemuan ilmiah. Untuk itu, ia harus mempersiapkan makalah guna menunjang presentasi lisannya. Hal yang dibahas tentunya sesuai dengan keahlian dan profesi si pembicara. Sedangkan tujuan penulisannya dimaksudkan untuk mendukung ketercapaian tujuan pertemuan ilmiah yang diadakan.
Makalah yang disajikan pada pertemuan ilmiah itu dapat berupa apa saja, dapat berupa hasil penelitian dari si pembicara, atau ulasan/tinjauan ilmiah dari hal yang menjadi tema pertemuan ilmiah. Karena itu, kerangka penulisannya juga bisa berbeda-beda. Umumnya panitia pertemuan ilmiah menetapkan topic yang harus dibahas, kerangka isi tulisan, format, dan lain-lain. Tidak jarang panitia juga mempunyai tim yang menyeleksi mutu makalah yang diajukan. Hanya makalah yang bermutu yang diterima untuk didiskusikan pada pertemuan ilmiah yang diadakan.
Selain itu, makalah ilmiah bisa juga berupa ringkasan hasil penelitian. Makalah ilmiah jenis ini biasanya dipublikasikan atau disebarluaskan melalui majalah/jurnal ilmiah. Dapat juga melalui forum pertemuan ilmiah (seminar, diskusi, dan sebagainya). Contoh Judul Karya Tulis jenis ini misalnya sebagai berikut.
Reformasi Pendidikan bagi Pembangunan Martabat Bangsa
(Jurnal Gentengkali, Volume 4, Nomor 1,2 Tahun 2002)
3.2 KTI Hasil Kegiatan Pengembangan
Karya tulis kegiatan pengambangan dapat berupa perancangan, perencanaan, atau rekayasa yang dilakukan berdasarkan metode berpikir ilmiah guna memecahkan masalah yang nyata terjadi, sehingga hasil kerjanya berupa pengetahuan ilmiah atau teknologi yang digunakan memecahkan masalah tersebut. Langkah kerja pengembangan pada umumnya: (a) menganalisis dan merumuskan permasalahan yang akan dikembangkan, dirancang, dan/atau dikaji; (b) menyusun kriteria rancangan berdasarkan logika deduktif dari pengetahuan ilmiah yang telah ada sampai saat ini; (c) mengumpulkan fakta empiris dengan bentuk pembuatan rancangan, pengembangan, rekayasa atau kajian yang sesuai dengan kriteria yang diajukan; (d) mengkaji kesesuaian hasil pengembangan, rekayasa, rancangan, dan/atau kajian terhadap kriteria dengan menggunakan logika induktif; (e) menganalisis dan menarik kesimpulan; dan (e) penulisan laporan.
Karya tulis yang berkaitan dengan kegiatan pengembangan, antara lain sebagai berikut.
3.2.1 Laporan hasil pengembangan
Sebagaimana kerja penelitian, kegiatan pengembangan juga memerlukan laporan (tertulis) yang merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kegiatan pengembangan. Bentuknya buku laporan. Jika dikaitkan dengan persyaratan akademik, laporan demikian dapat berupa skripsi, tesis, atau disertasi. Sedikitnya ada dua kegiatan pengembangan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu: (1) pengembangan buku, berupa buku pelajaran, terjemahan, diktat, buku pedoman, modul, atau bentuk buku pembelajaran yang lain dan (2) pengembangan alat bantu pembelajaran, karyanya berupa pedoman penggunaan alat bantu.
3.2.2 Tulisan/Makalah Ringkasan Hasil Pengembangan
Makalah ilmiah jenis ini biasanya dipublikasikan atau disebarluaskan melalui majalah/jurnal ilmiah atau forum pertemuan ilmiah. Bahkan tidak jarang disebarluaskan melalui media massa sebagai tulisan ilmiah populer. Tulisan tentang kegiatan pengembangan di bidang pendidikan yang sering dijumpai di koran adalah resensi buku. Berikut ini contoh judul tulisan hasil pengembangan. Pengembangan Strategi X dalam Pembelajaran . . . untuk Meningkatkan Kemampuan . . . Siswa.
3.3 KTI Hasil Kegiatan Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan mendapatkan informasi yang diperoleh melalui tata cara tertentu berdasarkan metode berpikir ilmiah. Hasil kerja evaluasi dipakai untuk pengambilan kebijakan terhadap hal yang dipermasalahkan. Langkah kegiatan kerja evaluasi adalah: (a) menganalisis dan merumuskan masalah yang akan dievaluasi; (b) menyusun kriteria yang akan digunakan dalam evaluasi ber-dasarkan logika deduktif; (c) mengumpulkan fakta empiris dari hal-hal yang akan dievalu-asi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; (d) menguji fakta dengan kriteria dan menggunakan logika induktif; dan (e) menganalisis dan menarik kesimpulan, serta penulisan laporan.
Karya tulis yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi, antara lain sebagai berikut.
3.3.1 Laporan hasil evaluasi
Kegiatan evaluasi yang dilakukan guru umumnya berkaitan dengan upaya perbaikan PBM. Tetapi, ada juga yang mengungkap masalah yang berhubungan dengan pelaksanaan aturan, sistem, model atau kebijakan baru di dunia pendidikan. Jika berupa laporan, biasanya digunakan sebagai pertanggungjawaban kegiatan. Contoh judul laporan hasil evaluasi, misalnya: Keefektifan Penggunaan Media Audio dalam kegiatan Belajar Tuna Netra: Studi Kasus.
3.3.2 Tulisan/Makalah ringkasan hasil evaluasi
Tulisan jenis ini biasanya dipublikasikan dalam media massa dalam bentuk tulisan ilmiah populer. Contoh judul tulisan hasil evaluasi, misalnya: Manajemen Pengendalian Mutu Pendidikan Lewat UAN Justru Hamburkan Anggaran (Kompas, Selasa, 13 April 2004).
SUMBER BACAAN
Akhadiah, Sabarti dkk. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Cetakan keduabelas. Jakarta: Penerbit Erlangga
Keraf, Gorys. 1976. Komposisi, Sebuah Pengantar kepada Kemahiran Bahasa. Ende – Flores: Penerbit Nusa Indah.
Suhardjono. 2004. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Depdikbud, Dirjen Dikdasmen, Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis.
Syafi’ie, Imam (ed). 1990. Bahasa Indonesia Profesi. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian, Edisi Keempat. Malang: UM Press.
Wahab, Abdul. 1994. Menulis Karya Ilmiah. Malang: PPS IKIP Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar